Nah, sekarang coba lihat peredaran matahari pada garis edarnya dalam jangka waktu satu tahun. Setiap hari matahari itu terbit dan terbenam mengikuti peredaran yang telah ditetapkan oleh penciptanya, tidak akan lebih cepat dan tidak akan lebih lambat. Kalaulah bukan karena terbit dan terbenamnya matahari tentu kita tidak bisa mengenal siang dan malam. Dan kita tidak akan dapat mengetahui waktu. Kegelapan akan menyelimuti bumi atau cahaya mentari akan selalu menyinarinya sehingga tidak dapat lagi dibedakan kapan waktu mencari kehidupan dan kapan waktu istirahat.
Coba perhatikan bagaimana Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui menetapkan perjalanan timur dan barat yang jauh itu. Perjalanan pertama mendaki hingga sampai ke puncaknya, perjalanan kedua menurun hingga sampai ke dasarnya. Matahari dan bulan bergerak perlahan berpindah dari satu posisi ke posisi yang lain hingga sampai pada tujuannya.
Dari perjalanan yang telah ditetapkan oleh kudrat Ar-Rabb Yang Maha Kuasa itu terjadilah empat musim yang berbeda. Yakni musim panas, musim dingin, musim gugur dan musim semi. Jika perjalanan matahari condong menurun dari garis tengah langit maka udara akan dingin pertanda datangnya musim dingin. Jika perjalanan matahari tepat di garis tengah pertanda musim panas. Jika posisi perjalanan matahari di antara keduanya maka udara akan normal. Manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan memperoleh keuntungan dari keempat musim tersebut. Dan perbedaan musim itu pula yang menyebabkan perbedaan jenis makanan, kondisi tumbuh-tumbuhan, warnanya, kebutuhan hewan dan bahan pangan serta yang lainnya.
Sekarang coba lihat hikmah di balik keempat musim tersebut. Sekiranya Allah hanya memberi satu musim saja tentunya manfaat dari ketiga musim lainnya akan terluput. Sekiranya yang ada hanya musim panas saja tentu manfaat musim dingin akan terluput. Demikian pula sebaliknya, jika yang ada hanya musim dingin saja tentu manfaat musim panas akan terluput. Demikian pula bila yang ada hanya musim gugur saja atau musim semi saja.
Pada musim dingin, panas akan terkonsentrasi ke dalam rongga atau perut bumi dan gunung sehingga menumbuhkan benih-benih buah dan tumbuhan. Sementara permukaan bumi akan diselimuti hawa dingin. Udara akan longgar sehingga menghasilkan awan, hujan, salju dan es yang merupakan salah satu unsur kehidupan bumi dan penduduknya, tubuh hewan akan bertambah kuat dan kokoh melebihi kekuatan alami yang telah dimiliki sebelumnya. Kotoran pada tubuh sisa-sisa musim panas akan terhapus dengannya.
Pada musim semi, sirkulasi alam akan bergerak. Benih-benih yang tumbuh pada musim dingin sekarang mulai bertunas dan berbunga. Pepohonan mulai menghijau. Hewan-hewan bergerak untuk menghasilkan keturunan. Pada musim panas suhu akan meningkat dan akan sangat panas. Buah-buahan akan matang. Kotoran-kotoran sisa musim dingin akan terhapus dari badan. Hawa dingin akan terkonsentrasi ke perut bumi. Oleh sebab itulah mata air dan sumur menjadi dingin airnya. Lambung tidak kesukaran melumat makanan yang keras seperti halnya pada waktu musim dingin. Sebab lambung dibantu dengan suhu panas pada musim panas yang terpusat ke perut. Ketika datang musim panas suhu akan memancar dari permukaan kulit secara otomatis suhu dingin akan menghilang.
Apabila datang musim gugur, suhu akan kembali normal, udara akan menjadi jernih dan lambat laun akan menjadi dingin. Semua itu agar tidak terjadi perubahan secara drastis dari panas yang bersangatan menjadi dingin yang bersangatan. Jika demikian tentu akan sangat menyusahkan dan sangat merugikan. Jika perubahan itu terjadi secara perlahan dan teratur tentu tidak akan menyulitkan. Sebab manusia dan hewan dapat mempersiapkan dirinya untuk menyambut suhu yang lebih bersengatan. Sehingga ia dapat menyambut gelombang udara dingin setelah melakukan persiapan. Itu jelas merupakan hikmah yang amat agung dan tanda kekuasaan ilahi yang sangat besar.
Demikian pula musim semi, merupakan perantara dari musim dingin kepada musim panas. Makhluk-makhluk bisa menyesuaikan diri berpindah dari udara dingin kepada udara panas dengan perlahan dan teratur.
Kemudian coba perhatikan terbitnya matahari menyinari alam semesta ini. Coba perhatikan bagaimana Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui menetapkannya! Karena sekiranya matahari itu muncul di satu tempat di atas langit lalu berhenti di situ dan tidak bergeming dari tempatnya tentu saja sinarnya tidak akan sampai ke seluruh belahan bumi. Tentu hanya satu belahan bumi yang tersinari oleh sinarnya. Sudah pasti bagi belahan bumi yang tidak kebagian sinar matahari akan diselimuti kegelapan malam terus menerus. Sementara belahan bumi yang kebagian sinar akan diterangi siang terus menerus. Tentu semuanya akan kacau balau.
Maka merupakan hikmah ilahi dan inayah rabbani adalah menetapkan tempat terbitnya pada pagi hari dari arah timur sinarnya akan menerangi sampai ke ufuk barat. Demikianlah matahari terus bergerak hingga berakhir di ufuk barat. Dan akan menyinari belahan bumi yang tidak tersinari olehnya pada pagi hari. Maka terjadilah perbedaan siang dan malam antara orang yang di timur dan di barat. Dengan demikian maslahat mereka bisa terpenuhi.
Kemudian coba perhatikan posisi matahari dengan bulan. Allah telah memberi cahaya pada bulan dan sinar pada matahari. Coba perhatikan bagaimana Allah menciptakan gugusan-gugusan bintang dan garis edar yang akan dilalui oleh keduanya fase demi fase. Dengan begitu terjadilah perputaran waktu dalam setahun dan sempurnalah perhitungan waktu di bumi ini yang sangat dibutuhkan umat manusia demi maslahat mereka. Dengan waktu itu dapat diketahaui perhitungan jam kerja dan tenggang waktu bagi proses utang piutang, sewa menyewa, mu'amalah, bilangan dan berbagai macam maslahat lainnya. Sekiranya matahari dan bulan tidak beredar pada garis edarnya dan tidak berpindah dari satu fase ke fase yang lainnya tentu manusia tidak akan mengenal waktu. Allah telah mengingatkan hal tersebut pada sejumlah ayat di dalam Al Qur'an, di antaranya adalah firman Allah:
"Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manjilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui." (Yunus: 5)
Dalam ayat lain Allah berfirman:
"Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Rabbmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan." (Al Isra': 12)
Sumber: Keajaiban-keajaiban Makhluk dalam Pandangan Al Imam Ibnul Qayyim, karya Abul Mundzir Khalil bin Ibrahim Amin (penerjemah: Abu Ihsan Al-Atsari Al-Maidani), penerbit: Darul Haq, cet. 1, Sya’ban 1423 H / Oktober 2002 M, hal. 89-93.
Follow twitter @fadhlihsan untuk mendapatkan update artikel blog ini.
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar