mau ngiklan disini? klik gambar ini..

Jumat, 06 Juli 2012

10 Pekerjaan yang Membahayakan Kesehatan Paru-Paru

pekerja konstruksi


Setiap pekerjaan memiliki risiko tersendiri termasuk dalam hal kesehatan paru-paru. Tapi ada 10 pekerjaan yang bisa berisiko dan membahayakan kesehatan paru-paru.

"Sebagian besar jenis penyakit paru-paru akibat pekerjaan bisa dicegah, langkah-langkah sederhana dalam pengendalian bisa mengurangi paparan dan juga risiko," ujar Philip Harber, MD, profesor dan kepala UCLA Occupational and Environmental Medicine Division, seperti dikutip dari Health, Jumat (21/1/2011).

Berikut ini 10 bidang pekerjaan yang dapat berisiko bagi kesehatan paru-paru seseorang yaitu:

1. Konstruksi
Pekerja bisa menghirup debu dari kegiatan pembongkaran atau renovasi yang berisiko terkena kanker paru-paru, mesothelioma dan asbestos, yaitu suatu penyakit yang menyebabkan jaringan parut dan kaku di paru-paru. Untuk itu diperlukan pakaian pelindung termasuk respirator (masker khusus) saat bekerja di sekitar bangunan dan menghindari rokok.

2. Manufaktur
Pekerja pabrik bisa terkena debu, bahan kimia dan juga gas yang dapat meningkatkan risiko PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik). Bahan kimia tertentu seperti perasa diacetyl yang digunakan dalam microwave popcorn, pabrik anggur dan makanan bisa menyebabkan penyakit yang merusak yaitu bronchiolitis obliterans. Langkah sederhana seperti memakai masker saat menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya bisa mengurangi risiko.

3. Petugas kesehatan
Diperkirakan sekitar 8-12 persen petugas kesehatan sangat sensitif dengan bubuk yang ada pada sarung tangan lateks, sehingga bisa menyebabkan reaksi asma berat atau memicu timbulnya alergi.

4. Tekstil
Byssinosis atau dikenal dengan nama penyakit paru-paru coklat adalah kondisi yang umum diantara pekerja tekstil yang membuat jok, handuk, kaus kaki, seprai dan pakaian. Ketika kapas dipisahkan akan menciptakan sejumlah debu yang menyebabkan kerusakan aliran udara yang signifikan, partikel ini juga ada dari bahan lain. Untuk menguranginya gunakan masker, meningkatkan ventilasi udara dan menghindari rokok.

5. Bartender
Melayani minuman di sebuah ruangan yang penuh asap rokok menempatkan bartender berisiko tinggi terhadap penyakit paru-paru, terutama jika secara teratur terpapar dan menjadi perokok pasif bertahun-tahun.

6. Pekerja pabrik roti
Pekerjaan ini bisa memicu asma karena berisiko terkena debu tepung yang sangat signifikan mengembangkan sensitisasi alergi. Hal umum lainnya adalah reaksi asma untuk enzim yang digunakan dalam mengubah adonan, serta alergen lain yang sering ditemukan pada tepung.

7. Industri otomotif
Pekerja otomotif khususnya bagian yang memperbaiki body mobil sangat berisiko mengalami asma. Hal ini karena produk cat semprot seperti isocyanate dan polyurethane bisa menimbulkan iritasi kulit, alergi, sesak napas dan menyebabkan kesulitan bernapas yang parah. Penggunaan respirator, sarung tangan, kacamata dan ventilasi yang baik dapat sangat membantu.

8. Pekerja transportasi
Supir truk, angkutan umum dan orang-orang yang bertugas di bagian bongkar muat berisiko terkena PPOK. Kondisi ini akibat seringnya terkena polusi udara dari kendaraan bermotor terutama knalpot diesel.

9. Pertambangan
Para penambang berisiko tinggi terhadap sejumlah penyakit paru-paru seperti PPOK (akibat paparan debu) dan juga silicosis (penyakit bekas luka di paru-paru akibat airbone silica). Sedangkan penambang batu bara berisiko terkena penyakit paru yang disebut pneumokoniosis (paru-paru hitam). Penyakit ini merupakan investasi jangka panjang, karenanya penggunaan masker yang bisa menyaring debu dengan baik bisa membantu.

10. Petugas pemadam kebakaran
Petugas pemadam kebakaran berisiko menghirup asap dan berbagai bahan kimia yang mungkin ada di dalam gedung yang terbakar. Paparan bahan beracun dan asbes adalah risiko yang sering terjadi setelah api padam. Untuk itu alat pelindung pernapasan harus selalu digunakan pada semua tahap pemadaman kebarakan, termasuk saat petugas menyisir puing-puing untuk memastikan api tidak menyala lagi.

Sumber: DetikHealth.com

Baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar