mau ngiklan disini? klik gambar ini..

Selasa, 14 Mei 2013

[salahkata] Tentang Kata 'Amien' & 'Amen'


Seringkali ada yang protes ketika seseorang menulis doa dan ditutup dengan kata ‘amien’, alasannya tidak boleh menulis ‘amien’ seperti itu karena menyerupai non muslim, akan tetapi yang benar adalah ‘aamiin’, dan semisalnya. Benarkah demikian?

Kita sepakat dengan pelarangan tersebut jika penulisannya adalah ‘amen’ (tanpa huruf ‘i’) karena identik dengan non muslim, dan ini adalah pasti, insya Allah tidak ada perbedaan pendapat di dalamnya.

Adapun penulisan kata ‘amien’ (dengan huruf ‘i’), maka lebih mengarah kepada perbedaan cara memindahkan dari bahasa Arab menuju bahasa Latin, dan tidak lebih dari itu. (Walaupun kadang kita dapatkan permasalahannya didramatisir sedemikian rupa sehingga tampak seakan-akan ‘cukup gawat’).

Masing-masing mempunyai cara dalam menuliskannya karena tidak ada rujukan yang baku dan pasti ketika memindahkan dari bahasa Arab menuju bahasa Latin, semuanya adalah hasil ijtihad manusia yang sering berubah-ubah kaidah-kaidahnya.

Jika kita melarang penulisan kata ‘amien’ dengan alasan tasyabbuh dengan non muslim, padahal tidak ada tasyabbuh di dalamnya, maka konsekuensinya cukup melebar dan meluas.

Contoh Konsekuensinya:
Penulisan kata ‘Allah’. Jika kita melarang penulisan kata ‘amien’, maka kita juga harus melarang penulisan kata ‘Allah’ dengan alasan yang sama, tasyabbuh dengan non muslim. Gantinya adalah kita menulisnya dengan ‘Allooh’, dan seterusnya. Banyak sekali konsekuensinya.

Inti Permasalahannya:
Sebenarnya inti permasalahannya adalah tidak adanya rujukan yang baku dan pasti ketika memindahkan dari bahasa Arab menuju bahasa Latin, semuanya adalah hasil ijtihad manusia yang sering berubah-ubah kaidah-kaidahnya. Masing-masing mempunyai cara dalam menuliskannya sesuai dengan yang diyakininya, sehingga setiap waktu bisa berubah.

Tambahan Contoh:
- Kata ‘Hadits’, apakah yang tepat di tulis seperti itu, atau ‘Hadis’, atau ‘Hadith’?
- Kata ‘Shahih’, apakah yang tepat ditulis sepeti itu, atau ‘Sahih’, atau ‘Shohih’, atau ‘Sohih’?
- Kata ‘Shahabat Nabi’, apakah yang tepat ditulis seperti itu, atau ‘Sahabat’, atau ‘Shohabat’, atau ‘Sohabat’, atau ‘Shohabah’, atau ‘Sohabah’?
- Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Karena itu, selama hal ini hanya perbedaan cara memindahkan dari bahasa Arab menuju bahasa Latin, yang kesemuanya adalah hasil ijtihad manusia yang sering berubah-ubah kaidah-kaidahnya, dan masing-masing mempunyai cara dalam menuliskannya sesuai dengan yang diyakininya, maka hendaklah kita berlapang dada dalam masalah ini tanpa saling menyalahkan dan merasa benar sendiri. Kita kedepankan toleransi, tanpa bersikap keras dalam masalah-masalah seperti ini.

Hendaklah kita dahulukan ilmu sebelum berucap dan berbuat, bukan asal copy paste tanpa memahami permasalahan yang sebenarnya, karena diantara penyebab banyaknya perselisihan adalah ketika orang yang tidak mengerti ikut berbicara.

Semoga jelas dan bermanfaat.

Abdullah Sholeh Hadrami
Bumi Allah
30 Shafar 1433
24 Januari 2012

TAMBAHAN FAEDAH

[ I ] Kata amin kalau kita cari maknanya di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka kita dapatkan sbb:

=> amin p terimalah; kabulkanlah; demikianlah hendaknya (dikatakan pd waktu berdoa atau sesudah berdoa): doa itu diakhiri dng ucapan “ – “ yg gemuruh; meng·a·mini v 1 mengucap amin ketika mengakhiri doa: serentak yg hadir ~ doa selamat yg dibacakan oleh penghulu; 2 ki mengiakan; menyetujui; membenarkan: mereka ~ saja apa yg dikatakan pemimpinnya; meng·a·min·kan v mengamini

Sehingga, dalam konteks berbahasa Indonesia kita dibenarkan menuliskan kata 'amin' sebagai penutup doa, sama halnya bila kita tulis 'amien', ini juga diperbolehkan karena bila kita mencari arti kata 'amien' dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia maka akan disuruh merujuk kepada kata 'amin' di atas.

[ II ] Namun dalam konteks ibadah shalat (untuk pelafalannya) maka berikut penjelasannya.

Lafal “Amin” yang Benar

Pertanyaan:

Bismillah. Assalamu ‘alaikum, Ustadz. Saya mau tanya perihal lafal “Amin” saat shalat berjemaah setelah imam membaca surah Al-Fatihah. Bagaimana dengan panjang-pendeknya bacaan “Amin” tersebut, karena saya mengetahui dalam kaidah bahasa Arab, lafal “Amin” itu ada 4 perbedaan. Salah satu di antaranya “Aamiin” (alif dan mim sama-sama panjang), yang artinya, “Ya Tuhan, kabulkanlah doa kami.” Apakah lafal ini yang dipakai, atau bagaimana yang diperbolehkan? Jazakallahu khairan.
Rasyid Ibnu Ali (**_math07@yahoo.***)

Jawaban:

Wa’alaikumussalam warahmatullah.

Ada beberapa kata yang mirip untuk kata “Aamiin“.

‎1. ﺃَﻣِﻴْﻦٌ (a:pendek, min:panjang), artinya ‘orang yang amanah atau terpercaya’.

‎2. ﺃٰﻣِﻦْ (a:panjang, min:pendek), artinya ‘berimanlah’ atau ‘berilah jaminan keamanan’.

Ketika shalat, kita tidak boleh membaca “Amin” dengan dua cara baca di atas.

‎3. ﺁﻣِّﻴْﻦَ (a:panjang 5 harakat, mim:bertasydid, dan min: panjang), artinya ‘orang yang bermaksud menuju suatu tempat’.

Ada sebagian ulama yang memperbolehkan membaca “Amin” dalam shalat dengan bentuk bacaan semacam ini. Demikian keterangan Al-Wahidi. Imam An-Nawawi mengatakan, “Ini adalah pendapat yang sangat aneh. Kebanyakan ahli bahasa menganggapnya sebagai kesalahan pengucapan orang awam. Beberapa ulama mazhab kami (Mazhab Syafi’i) mengatakan, ‘Siapa saja yang membaca ‘Amin’ dengan model ini dalam shalatnya maka shalatnya batal’.” (At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an, hlm. 134)

‎4. ﺃٰﻣِﻴْﻦَ (a:panjang 2 harakat karena mengikuti mad badal, min:panjang 4–6 harakat karena mengikuti mad ‘aridh lis sukun, dan nun dibaca mati), artinya ‘kabulkanlah’. Inilah bacaan “Amin” yang benar.

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah).

Referensi:
1.
Grup Facebook LURUSKAN AQIDAH, HIDUPKAN SUNNAH
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan
3. KonsultasiSyariah.com


Follow twitter @fadhlihsan untuk mendapatkan update artikel blog ini.



Baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar