mau ngiklan disini? klik gambar ini..

Selasa, 14 Agustus 2012

Masjid-masjid Unik yang Dibangun dari Lumpur

masjid lumpur


Di negara-negara bermayoritas penduduk beragama Islam, banyak ditemukan masjid-masjid dengan bangunan modern dari marmer, dan keramik pilihan lainnya yang membuat kita berdecak kagum. Tapi pernahkah terlintas di benak anda akan adanya masjid yang dibuat hanya dari lumpur dan tanah liat?

Bagaimanapun pada akhirnya di balik semua kesulitan pasti ada kemudahan. Saudara saudara kita di Afrika yang tidak memiliki kemudahan akses kepada material bangunan seperti kita di Indonesia dan negeri serantau, kemudian melahirkan satu mahakarya mereka sendiri yang begitu khas dengan memanfaatkan material yang mudah mereka dapatkan di sekitar lingkungan mereka berupa lumpur dan potongan-potongan kayu. Berikut adalah masjid-masjid unik nan megah tersebut.

1. Masjid Agung Djenne, Republik Mali

masjid agung djenne


Tepatnya di kota Djenne, Republik Mali di Afrika Barat, yang merupakan bagian koloni Perancis, terdapat Masjid Agung Djenne yang terbuat dari lumpur, berlokasi di dekat sungai Bani. Masjid pertama di tempat ini dibangun pada abad ke-13 kemudian dibangun kembali selama 3 tahun (yaitu 1906 - 1909) dengan bantuan pemerintah Perancis.

Dinding Masjid yang dibangun di atas tanah seluas 5.625 m² (62.500 ft²) ini terbuat dari bata lumpur yang dijemur di bawah matahari (disebut ferey) sedang bagian luarnya diplester dengan lumpur yang lembut.

Ketebalan dinding antara 41 cm (16 inci) dan 61 cm (24 inci), bervariasi sesuai ketinggian tembok: bagian lebih tinggi dibangun lebih tebal karena dasar harus cukup lebar untuk mendukung berat. Beberapa batang pohon kelapa dimasukkan/ditanam dalam tembok bangunan untuk mengurangi proses peretakan akibat kelembaban dan suhu.

Batang pohon kelapa yang ditanam ini juga berfungsi sebagai pijakan orang untuk mencapai bagian tertinggi tembok ketika melakukan ritual perbaikan tahunan.

Bahan ferey akan memfilter panasnya matahari Afrika di siang hari untuk kemudian digunakan sebagai penghangat ruangan alami di malam hari.

Setengah dari bangunan masjid ditutupi oleh atap dan separuh lainnya terbuka. Atap masjid ini ditopang oleh sembilan puluh tiang kayu. Ventilasi di atap yang atasnya dengan topi keramik bisa dilepas, untuk mengeluarkan udara panas dari dalam bangunan.

Para wisatawan biasanya memilih datang ke masjid ini untuk menyaksikan festival renovasi masjid tahunan unik yang mereka sebut 'The Re-Mudding', antara Februari - April, tergantung dari tingkat curah hujan. Pada saat-saat seperti ini, seluruh penduduk Djenne akan berpartisipasi merenovasi masjid dengan melumuri seluruh dindingnya dengan lumpur yang diambil dari tanah sekitar mesjid dan dibantu dengan hujan. Bersama dengan "Kota Kuno Djenné", tempat ini akhirnya menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1988.

2. Masjid Larabanga, Ghana

masjid larabanga


Masjid Larabanga merupakan masjid bersejarah berarsitektural Sudan di kampung Larabanga, Republik Ghana, Benua Afrika. Sebuah masjid tua terbuat dari lumpur khas benua Afrika yang masih eksis hingga kini. Masjid ini disebut-sebut sebagai masjid tertua di Ghana dan kawasan Afrika Barat.

Lokasi Masjid Larabanga ini berada di Sawla Damongo Road, Larabanga. Larabanga merupakan sebuah kampung Muslim di dekat Damongo di distrik Western Gonja, Wilayah Northern Region.

Ada beberapa kontoversi terkait kapan pastinya masjid ini pertama kali dibangun dan oleh siapa. Sejarah tutur menyebutkan bahwa masjid Larabanga dibangun pada tahun 1421 M oleh saudagar muslim bernama Ayuba.

Ukuran masjid ini tak terlalu besar, bisa jadi hanya seukuran sebuah surau di Indonesia. Ukurannya hanya 8 x 8 meter. Namun nilai sejarahnya yang tinggi memasukkan masjid ini ke dalam daftar warisan dunia tahun 2001 dan juga masuk ke dalam daftar 100 situs dunia dalam bahaya versi The World Monuments Fund’s.

Masjid Kuno Larabanga dibangun dalam gaya masjid-masjid Sudan Kuno dengan ciri khasnya berupa bentuknya yang segi empat, dilengkapi dengan kerangka struktur ataupun pilar-pilar yang menopang atapnya. Sangat khas dengan dua menara kembar berbentuk piramida yang masing-masing berfungsi sebagai menara dan mihrab masjid. Diramaikan lagi dengan beberapa pilar tambahan dengan puncak yang menjulang memberikan keragaman ketinggian pada atap masjid.

Yang unik, masjid Larabanga memiliki empat pintu masing-masing untuk kepala kampung, untuk jemaah wanita, untuk jemaah pria dan untuk muazin yang akan mengumandangkan azan. Di dekat salah satu pintu masuk ke masjid ini berdiri kokoh sebatang pohon Baobab yang sangat besar dan tetap dipertahankan hingga kini. Di bawah pohon inilah Ayuba kemudian dimakamkan saat beliau wafat.

Untuk perhatian, bahwa non muslim dilarang masuk ke dalam masjid ini.

3. Masjid Agung Bobo Dioulasso, Burkina Faso

masjid agung bobo dioulasso


Republik Burkina Faso salah satu Negara Afrika yang benar-benar tidak familiar bagi telinga kebanyakan orang Indonesia. Negeri ini memang berada begitu jauh dari Indonesia, di Afrika Barat. Nama ibukota Negara ini pun benar-benar terasa aneh di telinga orang Indonesia, Kota Ouagadogou.

Di kota Bobo Dioulasso, kota terbesar kedua di Burkina Faso setelah kota Ouagadogou terdapat sebuah Masjid Tua yang dibangun dari lumpur khas Afrika, menjadikan Burkina Faso sebagai salah satu Negara Afrika yang memilki masjid tua sejenis ini. Kota Bobo Dioulasso ini berjarak sekitar 360 km dari kota Ouagadogou.

Masjid Tua Bobo Dioulasso atau dalam bahasa Prancisnya disebut grande mosquée de Dioulassoba atau Masjid Agung Dioulasso, adalah masjid kuno yang bercirikan arsitektural Banco Sudaness. Merupakan warisan dari abad ke 19. Balok-balok kayu masih menjadi andalan untuk membangun masjid di kawasan utara Burkina Faso hingga wilayah selatan Mali dan Nigeria hingga ke Bani, Bankas atau Djene di Republik Mali.

Masjid ini dibangun di tengah konflik antara Sya dan Kanedougou. Raja Sya tidak mampu melakukan serangan terkini sehingga melakukan perundingan dengan kaum muslimin, dan sebagai imbalannya dia membangun masjid ini.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1880, namun sumber yang lain menyebutkan dibangun pada tahun 1893. Disebutkan juga bahwa masjid ini dibangun tidak saja oleh ummat Islam tapi dibantu oleh berbagai ummat yang ada di kota tersebut bahu membahu membangun masjid ini.

Masjid Agung Bobo Doulasso ini memang unik, dibangun di tengah gurun dengan bahan lumpur bertulang kayu-kayu dari alam sekitarnya menghadirkan kesederhanaan bangunan gurun Afrika Barat dalam arsitekrutalnya yang unik.

Keunikan dan nilai sejarahnya yang tinggi itu tak urung menjadikan masjid ini sebagai salah satu objek wisata yang begitu menarik bagi turis asing yang tak segan-segan menempuh perjalanan jauh ratusan kilo dari kota Ougadogou.

Dibangun dalam gaya Sahel lengkap dengan dua menaranya masing masing di sisi mihrab dan pintu masuk utama. Seperti bangunan masjid lumpur Afrika Barat lainnya masjid agung Bobo Doulasso juga dilengkapi dengan batangan-batangan kayu yang menyembul keluar dari dinding lumpurnya yang selain berfungsi sebagai penguat bangunan tapi juga berfungsi sebagai tangga naik dan turun bagi para pekerja yang memperbaiki masjid ini dari kerusakan akibat gerusan hujan sepanjang tahun.

4. Masjid Raya Agadez, Nigeria

masjid agung agadez


Seperti bangunan tradisional lainnya di Afrika, masjid ini pun dibangun dari lumpur dan potongan-potongan kayu. Terletak di daerah Air Massif di tengah-tengah Negara Nigeria. Dibangun pada awal abad ke-16, masjid ini mempunyai menara setinggi 30 meter dengan bentuk unik, yang merupakan menara bersejarah dan paling terkenal di Afrika sub-Sahara.

Potongan-potongan kayu yang dipasang di sekeliling dinding menara selain untuk memperkuat struktur bangunan juga difungsikan sebagai tangga ketika merenovasi atau memperbaikibangunan. Dan hingga sekarang bangunan ini masih kokoh berdiri.

5. Masjid Sangkore, Timbuktu

masjid sankore


Masjid Sankore ini terletak di Negara Mali, tepatnya di kota Timbuktu. Masjid ini dibangun pada awal abad 15 M pada akhir kejayaan Kerajaan Mali.

Di masjid ini dulunya sebagai pusat pengajaran ilmu agama di Timbuktu. Bentuknya yang unik membuat masjid ini terkenal di seluruh dunia.

6. Masjid Djingareyber, Timbuktu

masjid djingareyber


Masjid Djingareyber dibangun oleh Sultan Kankan Moussa pada 1327 setelah kembali dari ziarah ke Mekkah, kemudian antara tahun 1570 dan 1583, qadhi dari Timbuktu, Imam Al Aqib, memperluasnya. Masjid ini merupakan salah satu dari tiga masjid terbesar di kota Timbuktu, dan merupakan pusat studi yang terkenal di Mali.

Selain dari batu kapur, seluruh bangunan masjid terbuat dari tanah dan bahan-bahan organik seperti serabut, jerami dan kayu. Masjid ini memiliki tiga lapangan, dua menara dan 25 pilar yang saling berhadapan di timur dan barat, serta ruangan shalat yang dapat menampung 2.000 jamaah.

Djingareyber adalah salah satu dari tiga madrasah yang merupakan bagian dari Universitas Sankore. Masjid ini tercatat dalam daftar situs warisan dunia UNESCO pada tahun 1988.

7. Masjid Sidi Yahia, Timbuktu

masjid sidi yahia


Masjid Sidi Yahia terletak di sebelah selatan Sankore, di kota Timbuktu. Masjid ini dipercaya dibangun pada abad 15 oleh Marabout El Sheikh Moktar Hamalla, yang kemudian direnovasi kembali pada tahun 1577-1578 oleh Imam Al Aqib.

Banyak penduduk yang mengeramatkan dan menganggap suci masjid ini dikarenakan terdapat makam tokoh setempat di dalamnya. Hal ini tentu saja menjadi sumber kesyirikan pada daerah tersebut. Sehingga pada bulan Juli lalu sekelompok militan Islam menghancurkan sebagian bangunan masjid yang ditengarai sebagai sumber kesyirikan. Wallahu a'lam.

(dari berbagai sumber)

Baca juga:

1 komentar: